Blog penelisikan, verifikasi dan mempublikasikan yang ada di Bekasi

Rabu, 17 Februari 2021

ASAL USUL KAMPUNG PONDOK DUA

Kampung Pondok Dua adalah kampung yang kini berada di wilayah administrasi pemerintahan desa Pantai Harapan Jaya kecamatan Muaragembong dan desa Hurip Jaya kecamatan Babelan kabupaten Bekasi. Kampung yang bagian Baratnya berbatasan dengan pantai Laut Jawa. Kampung tersebut diantara dua wilayah administrasi pemerintahan dipisahkan oleh Kali Bekasi yang masyarakat setempat menyebutnya Kali Pondok Dua.

Telisik Kp. Pondok Dua telah dilakukan sejak 2017 dan 2019 ditemani oleh Pak Mardanih
seorang tokoh masyarakat yang cara berpikirnya konstruktif, dan kali ketiga ini, pada Kamis, 22 Oktober 2020 ditemani oleh bang Aryanto, seorang Tokoh Pemuda penyabar yang faham dunia metafisik. Dengan mengunjungi dan mewawancarai pak Daud (Amil), seorang tokoh masyarakat tertua di kampung tersebut yang lahir tahun 1924 di Kp. Pondok Tengah. Dari beliaulah asal usul Kampung Pondok Dua ini semakin terkuak.
 
Informasi dari pak Daud, bahwa penduduk Kp. Pondok Dua itu dulunya ada Dua Rumah/Pondok, satu rumah di sebelah Utara (desa Pantai Harapan Jaya) dan satu Rumah lagi di seberangnya, sebelah Selatan (desa Hurip Jaya) di belahan Timur dari Kampung yang sekarang. Sehubungan dengan usaha nelayan itu di laut, maka penduduk memilih makin mendekatkan ke tempat usaha, jadi makin ke Barat.
 
Dari peta tahun 1724, dibaca bahwa di tahun itu wilayah yang kini jadi pemukiman kampung Pondok Dua geografisnya masih laut. Kali Bekasi bermuara di kini Kp. Muara desa Muara Bakti kecamatan Babelan.

Bataviasche Courant edisi 19 Mei 1824, dalam salah satu pemberitaannya, bahwa di Tanah Berawa dinamai Moeara Bacassie atau Pondok Doea akan dijual dengan mendapat persetujuan Majlis Kehakiman di Batavia. 
Di tahun ini, Kp. Pondok Dua sudah terbentuk (berdiri), begitu juga terhadap Sunge Buaya dan Kp. Tanjung Aer.
 
Di wilayah ini, khususnya tempat tertua, banyak ditemukan pecahan alat rumah tangga jenis piring, mangkok, sendok, cawan berbahan keramik buatan China dari beberapa motif, ditemukan tembikar, kulit kerang dan pernah juga ditemukan sekeping uang koin Belanda bertahun 1826. Ditemukan juga banyak Batu Apung, ini pertanda Kp. Pondok Dua tidak luput dari musibah Tsunami dampak letusan Anak Gunung Krakatau tahun 1883.
 
Dari peta tahun 1853, Kp. Pondok Dua jelas tertulis. Terbentuknya daratan ini dari sedimentasi lumpur banjir musiman Kali Bekasi. Hal ini diketahui dari jenis, kontur dan tekstur tanah yang disebut tanah Aluvial. 
 
Budaya di Kp. Pondok Dua ini mirip dengan budaya di Jakarta Utara, baik bahasa maupun adat istiadat lainnya. Masyarakatnya masih homogen dengan ke-Islaman yang kental. Lenong, Gambang Kromong, Ketimpring adalah music yang paling disukai. Ini berarti, sebaran masyarakat setempat berasal dari Kp. Pondok Tengah. Dan penduduk Kp. Pondok Tengah berasal dari para migran Batavia sekitar awal abad 19. Hal ini mengacu pada peristiwa di awal abad 19, dimana Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Herman Willem Daendels (1808-1811) yang membuat jalan pos (Groot Postweg) dari Anyer (Banten) – Panarukan (Jawa Timur) melewati Batavia dengan memperkerjakan masyarakat secara paksa (Rodi), peristiwa ini yang dapat memicu pindahnya masyarakat dari wilayah ramai ke hutan dengan membuka pemukiman baru.
 
Pada sisi lain, di Kp. Pondok Dua ini terdapat nama Sungai Tuseng. Sungai buatan yang menghubungkan Kali Bekasi ke Kp. Sembilangan di Selatannya. Tuseng adalah Tokoh masyarakat yang membuat Sungai, hingga dinamai Sunge Tuseng, diyakini oleh masyarakat setempat bahwa Tuseng itu migran asal Bugis, Sulawesi Selatan. Sunge Tuseng, kini telah mati terpotong Kali CBL (Cikarang Bekasi Laut).
 
Di Kampung ini terdapat bangunan eks Masjid yang dikeramatkan, tempat itu dulunya oleh Syekh Mansyur (penyebar Islam dari Pasar Pagi, Batavia) dibangun sebuah Masjid, kemudian hancur diterjang tsunami tahun 1883, kini yang tersisa tinggal Papan berukir pada Podium mimbar Khotib. Sisa bangunan masjid berupa kayu balok, pada sekitar tahun 1930an dipergunakan sebagai bagian dari material Masjid baru yang dibangun dan dinamai Masjid Nurul Yaqin (posisi di sekitar MI Al Khoiriyah). Lama kelamaan penduduk banyak menempati tanah ke arah Barat, maka Masjidpun dipindah ke sebelah Barat, posisi yang sekarang, di tengah Kp. Pondok Dua desa Pantai Harapan Jaya.
 
Dari berbagai sumber sejarah, maka toponimi Kp. Pondok Dua ini berasal dari sebutan orang dari kampung sebelahnya untuk menandai, mencirikan suatu tempat. Di situ, di tepi Kali Bekasi awalnya ada dua buah rumah panggung sederhana milik orang Bugis. Satu rumah berdiri di belahan Utara Kali Bekasi (kini bangunan MI Al Khoiriyah) dan satunya lagi di belahan Selatan (kini tanah tambak/empang) sebelah Timur Keramat Mesigit (Syekh Mansyur). 
 
Dua buah Pondok (rumah) yang berseberangan di tepi Kali Bekasi itulah akhirnya orang menyebutnya KAMPUNG PONDOK DUA.
 
                                                         Peta tahun 1853. Sumber : Leiden      
 
                                                            Pak Daud (Lahir Bekasi 1924)
                                                                
                                           Podium untuk Khotib peninggalan Syekh Mansyur
                                        
                                                   
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support