Blog penelisikan, verifikasi dan mempublikasikan yang ada di Bekasi

Rabu, 17 Februari 2021

ASAL USUL SUNGAI CIKARANG

 

Sungai Cikarang adalah sungai alami yang entah kapan terbentuknya, yang pasti sudah ribuan bahkan mungkin puluhan ribu tahun lalu, hal ini diketahui dari bentuknya yang berkelok-kelok, hulunya di pegunungan dan material yang terdapat di sungai yaitu berupa pasir, kerikil bulat dan di beberapa tempat terdapat batuan sedimen jenis konglomerat. Batu konglomerat kelompok batuan sedimen terproses secara klastik yang terakumulasi dari fragmen-fragmen yang berukuran cukup besar dan dibutuhkan air yang cukup deras untuk mengangkut partikel fragmen tersebut dan biasa berada pada sungai atau pantai. Selain material alami berupa pasir, kerikil dan batuan konglomerat yang biasa menghasilkan aliran air jernih, juga yang sangat disayangkan pada sungai ini banyak terdapat sampah limbah padat rumah tangga dan material pepohonan. Hanya ada di sedikit areal yang masih terpelihara kebersihannya, yaitu yang dilakukan oleh Komunitas Save Kali Cikarang “HUTAN BAMBU” yang dikomandoi bang Eko Djatmiko. Sebuah komunitas yang menjaga keutuhan dan kebersihan Kali Cikarang dengan memfasilitasi tempat refreshing alami yang terpelihara yang baru berjalan dua minggu lalu, yang kini mulai ramai dikunjungi.
 
Dulu, sungai ini menjadi salah satu arus transportasi air yang sangat penting hulu hilir dan bermuara di Kp. Batujaya, desa Lenggahjaya Kecamatan Cabang Bungin. Terhubung juga ke Kali Bekasi dan Sungai Citarum. Keramaian transportasi ini menjadi peluang untuk dibukanya pasar. Dan pada tahun 1854 didirikannya “Bazzar Tjikarang” yang kini disebut Pasar Lama Cikarang (Staadsblad No. 1 tahun 1854). Menambah ramai perekonomian di Bekasi yang sebelumnya pada tahun 1746 telah berdiri Pasar Bekassi, dan di Muaragembong pada tahun 1817 telah berdiri Pelabuhan Transit (Staadsblad No. 41 tahun 1817) menyediakan transportasi air menggunakan Stoomhboot trayek Muaragembong Cikao, Purwakarta. Selain transportasi air, pada tahun 1888 transportasi Kereta Api (Spoorwegen, Bekasi, Tambun, Cikarang, Lemahabang, Kedung Gede) juga sudah tersedia, Cikarang semakin menjadi gula bagi para pencari nafkah di Tanah Bekasi ini. Dan pada tahun 1910, dibentuknya Distrik Cikarang, pemekaran dari Distrik Bekasi.
 
Sungai Cikarang ini membentang sepanjang ± 80 km dari hulu di Gunung Karang Cibodas kecamatan Jonggol kabupaten Bogor, dan bermuara kini di Sungai Ciherang Kp. Penombo desa Pantai Harapan Jaya kecamatan Muaragembong kabupaten Bekasi, dengan lebar sungai berpariasi antara 10 – 30 m. Sumber air sungai Cikarang ini dari Gunung Karang dan dari beberapa sungai kecil di Selatan seperti Sungai Cibodas, Cipandan, Cipatujah, Cipicung, Cigelam dan Cibarengkok. Sungai yang tergolong kecil namun panjang ini melewati beberapa kecamatan dan mengalami perubahan aliran yang signifikan dari waktu ke waktu.
 
Secara fungsi, dulu, Sungai Cikarang selain sebagai sarana transportasi air, saluran pembuangan di wilayah hulu, juga sebagai penyumplai air untuk minum, mandi, mencuci dan pengairan pertanian padi di wilayah tengah dan Utara. Namun kini fungsinya telah berkurang, hanya sebagai penyuplai air pertanian di wilayah utara yang pada musim kemarau warnanya hitam dan bau yang sering dikeluhkan warga kecamatan Karang Bahagia, Sukatani dan Sukakarya.
 
Di desa Sukadanau kecamatan Cikarang Barat sungai Cikarang ini terpotong oleh Kali Malang yang dibangun tahun 1960an. Air dari Sungai Cikarang mengalir ke Kali Malang dan di dekat itu juga dibuatnya bendungan (Bodeman, Prisdo, Regulator) dan melalui Bodeman / Prisdo / Regulator yang berfungsi sebagai pengatur Debiet air yang dikeluarkan ke Utara (Sungai Cikarang) dan ke Barat (Kali Malang).
 
Mengacu pada peta tahun 1853 dan ekspedisi yang dilakukan yang ditemani Bapak Kuin (72 th) dan bpk Eman (70 th) Di (kini) Kp. Sukamantri kecamatan Karang Bahagia, Sungai Cikarang terpecah dua, yang satu mengalir agak ke Barat melewati Kp Jagawana dan Kp. Pulo terus sampai ke Kp. Gombang, dan aliran yang ke Timur melewati Kp. Sukamantri ke Ujung Kp. Kandang terus ke Kp. Plaukan terus ke Utara sampai Kp. Pulo Sirih dan belok ke kiri terus ke Kp. Kumejing. Di Kp. Kumejing, Sungai Cikarang terpecah lagi, ada yang mengalir ke Kp. Pamahan terus ke Barat ke Kp, Gombang dan bermuara atau menyatu dengan Kali Bekasi, dan aliran yang utamanya mengalir terus ke Utara ke Kp. Kuda – Kuda terus ke utara sampai muaranya dan bersatu dengan Sungai Citarum di Kp. Batujaya, yang waktu itu Sungai Ciherang belum dibuat. 
 
Sekitar tahun 1870an, baru dibuat saluran baru Sungai Cikarang, digali secara manual tenaga orang dari (kini sebelah Barat Losmen Guntari) terus ke sebelah Barat Pasar Bancong terus ke Utara sampai Kp. Kumejing terus ke Kp. Tenjo Laut. 
 
Pada tahun 1930an, dari Kp. Tenjo Laut tepatnya Kp. Galian Bunut, Sungai Cikarang dibelokan ke Barat ke Kp. Pulo Bambu terus ke Kp. Rawa Keladi terus ke Kp. Kedung Ringin (bagian Timur), dari Kp. Kedung Ringin Sungai Cikarang dibelokan ke Utara ke Kp. Bale Kambang, dari Kp. Bale Kambang Sungai Cikarang dibuang ke Rawa Deres terus ke Sungai Ciherang. Dan Sekitar tahun 1950an, dari Kp. Bale Kambang yang belum dilanjutkan penggaliannya, maka tahun 1950an dilanjutkan pembangunannya oleh Pemerintah RI sampai ke Sunge Penombo yang bermuara dan menyatu ke Sungai Ciherang. Dan sungai Cikarang yang mengalir ke Utara dari Kp. Tenjo Laut ke Kp. Kuda-kuda terus ke Kp. Cangkring terus ke Kp. Garon dan bermuara di Kp. Batujaya menjadi mati karena terpotong oleh sungai Ciherang yang dibangun sekitar tahun 1925an dan saluran irigasi yang dibangun tahun 1980an.
 
Pada tahun 1980an, Sungai Cikarang di kini wilayah desa Kalijaya kecamatan Cikarang Barat dibuat kanal / sodetan yang lebih dikenal dengan CBL (Cikarang Bekasi Laut) yang memotong Kali Bekasi di Kp. Baru Babakan desa Muara Bakti, selanjutnya CBL ini bermuara di Kp. Pondok Dua dan Kali Bekasi yang terpotong menjadi mati.
 
Secara toponimi (penamaan tempat) untuk nama Sungai Cikarang tidak ada yang tahu sejak kapan sungai itu dinamai Cikarang dan siapa yang menamai, namun dapat dipahami dari sumber air sungai tersebut dari Gunung Karang itulah yang dalam bahasa Sunda “Cai = Air, Sungai dan Karang adalah dari Gunung Karang.” Cai Gunung Karang disingkat Cai Karang menjadi Cikarang. Dalam beberapa literasi, periode masa kolonial tertulis Tjicarang, Kali Tjikarang, Tjikarrang, Tjicarrang dan Tjikarang.
Mengacu pada peta buatan tahun 1882, K. Tjikarang (Kali Cikarang) sudah tertulis di wilayah pegunungan di kaki Gunung Karang di Bogor.
 

 

 

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support